Sebelumnya kita kan sudah membaca cerita tentang perkembangan dakwah suku tersebut. Nah sekarang kita membahas respons mereka . Ternyata setelah sholat mereka menanyakan kepada kami tentang ibadah sholat zuhur yang kami lakukan. Ia bertanya, "Adik, apa yang kamu lakukan dengan mengangkat kedua tanganmu?" Uztaz pun menjelaskan bahwa jika mengangkat tangan (takbir) adalah umtuk menyerahkan jiwa raga kepada Tuhan Pencipta kita, Allah. Tangan kanan diangkat sebagai simbol penyerahan diri. Tangan kiri menutup karena merasa malu atas kekuasaan Allah. Mereka membenarkannya. Lalu mereka bertanya lagi soal rukuk. sujud, dan salam. Semuanya kami jawab bahwa itu semua adalah bentuk penyerahan diri kepada Tuhan Pencipta Alam yang memberikan karunianya kepada kita.
Lalu cara Uztaz untuk memajukan suku tersebut sekaligus mengenalkan Islam? Biasanya, anak dari suku yang telah mengenal Islam, kami bawa keluar kampung untuk disekolahkam ke berbagai tempat. Setelah selesai, mereka kembali ke kampung untuk mengembangkan kembali kampungnya dan terus mengembangkan ajaran agama Islam. Islam memberikan jaminan persaudaraan tanpa mengenal ras. Dengan Islam yang menghargai perbedaan, mereka melihat semua itu adalah rahmat yang harus dijaga.Adapun masjid yang sudah dibangun berujumlah puluhan.
Terus hubungan Uztaz dengan pemuka agama yang lain? Sangat baik, semua saling menghargai dan toleransi. Hmm... Bagaimana dengan biaya untuk menunjang Uztaz berdakwah? Semua saya serahkan kepada Allah. Pertolongan yang Allah berikan itu juga melalui tangan-tangan dermawan. Denagn bantuan itu, kami sekarang memiliki dua kapal yang mampu mengangkut 20 ton beban.
Nah, sekarang kan sudah tahu tentang Uztaz Fadhlan Garamatan. Jadi, senoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisahnya tersebut kawan-kawan.
sumber : koran Republika
foto : www.voa-islam.com
0 komentar:
Posting Komentar