Di zaman modern kayak sekarang gini nih, banyak diantara kita yang suka dengan hal-hal yang berbau westernized dalam seni. Liat aja tuh, ada berbagai macam musik seperti rock, hip hop, pop,dll. Gak hanya musik, tapi juga dance nya yang mungkin diantara kita banyak yang menyebutnya "keren...". Eits, kalian salah, ada juga yang keren nih. Anasyid dan sama'.
Dalam dunia tasawuf (Ilmu ketuhanan: belajar mendekatkan diri kepada Allah), lagu-lagu pujian (anasyid) dan tarian yang sakral (sama') itu tuh sudah biasa. Ada nih, Jalaluddin Rumi, ia adalah seorang seniman yang sufi (manusia yang taat dengan Allah). Dia gak cuman cinta sama seni lho, tapi dia juga menjadi praktisi seni. Bagi para pengikut tarekat Maulawiyah, tarekat yang menyandarkan diri pada ajaran Jalaluddin Rumi, akrab banget dengan anasyid dan sama' (shema'). Shema adalah zikir yang diiringi alunan musik dan tari memutar yang biasa juga dikenal dengan tari sufi (whirling dervishes). Shema' itu merupakan ungkapan rasa cinta yang dalam banget di dalam hati kepada Sang Kekasih sehingga sang pencinta dan Yang Dicintai seolah-olah menyatu, larut, dan hanyut seiring dengan alunan musik yang mengiringi tarian.
Alat-alat musik yang dominan adalah seruling bambu lho. Sebuah seruling bisa menghasilkan bunyi yang merdu kalau di dalamnya gak ada yang menyumbatnya. Sama dengan kalbu, gak akan melahirkan kesucian kalau di dalamnya ada kotoran dan cuma dengan kalbu yang bening yang dapat berjumpa (liqa') dengan Tuhan. Terus bunyi gendang atau tambur diilustrasikan sebagai perintah suci (divine order). "Kun=jadilah". Syair-syair dalam lagu diawali dengan pujian kepada Rasulullah (Nat-i Serif) sebagai lambang cinta sejati, sebagaimana pula nabi-nabi sebelumnya.
Nah, ini ada video whirling dervishes. Let's take a look it!
Saat mereka berputar seperti gasing, tangan kanan lurus ke samping dengan telapak tangan mengadah ke atas sebagai simbol hamba ('abid) yang memohon kedekatan diri kepada Sang Khalik, sementara nih tangan kiri lurus ke samping menengadah ke bawah sebagai simbol khalifah, yang menyalurkan kasih kepada para makhluk lainnya. Masih banyak lagi maikna dibalik gerakan-gerakan mereka. Pembacan wirid, mudzakarah, pembacaan rawi Maulid Nabi (amdah, maulidat), dan beberapa syair yang diambil dari quatrain sufi penyair Arab dan Persia, biasanya dilantunkan dengan lagu-lagu yang dinyanyikan berjamaah. Pembacaan kidung spiritual biasanya dilakukan di dalam sebuah tempat khusus yang disebut dengan Zawiyah. Contoh kidung-kidung tersebut , seperti berikut:
Wahai engkau yang tampil saat bangkitnya lingkaran Yang Tak Terlihat
Wahai engkau yang berhenti di tenda orang-orang yang dekat di hati
Jangan salahkan aku, wahai pemeriksa, karena mencintai si cantik dengan tubuh mulus
Karena aku tidak punya keterkaitan lain kecuali dengan Dia yang hadir di balik tirai
Harumnya rahasia tercium di taman pertemuan
Dan aromanya membuat kami mabuk kepayang.
Makna estoriknya dari "Dia yang berhenti di tenda orang-orang yang dekat di hati" adalah akal, yang oleh para sufi nih disebut makhluk pertama. Makanya, ia merupakan pancaran cahaya yang menyatukan semua dunia. "Si cantik dengan tubuh mulus" adalah berbagai keindahan di dunia, yaitu bidadari yang cahayanya bersumber dari Zat Yang Maha Mutlak. "Harumnya rahasia-rahasia" adalah perwujudan kasat mata dari kehadiran Allah yang bisa memabukkan karena dikaitkan dengan anggur atau Laila, sang kekasih.
Oke guys. Gimana, keren kan seni islam? Gak cuma keren, tapi bermakna dan bisa mendekatkan diri kepada Allah. Terus tunggu apa lagi? Ayo kita cintai seni Islam ini! ;)
0 komentar:
Posting Komentar