Sabtu, 14 Mei 2011

Menemukan Islam Melalui Keindahan part II



Sudah baca kan cerita Mohamed Zakariya part I ? Nah, sekarang nih kelanjutan ceritanya...
Beberapa minggu kemudian, Zakariya kembali teringat dengan keindahan Islam. Waktu berjalan-jalan di Bulevar Wilshire, Malibu, pandangannya tertuju ke selembar karpet Persia bermotif kaligrafi. Sayang harganya terlalu mahal. Ia pun bertekad untuk membuatnya sendiri. Terus dia menemukan buku panduan belajar bahasa Arab dan membeli Al-qur'an salinan tangan dari abad ke-19. Ia pun mulai belajar kaligrafi secara otodidak. Berawal dari mencoba mengerti arti teks yang diukir lewat Alquran yang diterjemahkan ke bahasa Inggris.  Perlahan-lahan ia sudah menguasai bahasa Arab. Karena dengan menjadi kaligrafer, secara gak langsung dia juga mempelajari isi Alquran

Ketika diasuh kerabatnya waktu kecil, Zakariya sering diantar tidur dengan bacaan ayat dari Perjanjian Lama. Itulah identitasnya yang pertama. Lalu kehidupan glamor ala Hollywood yang dijalaninya bersama keluarga merupakan identitas yang kedua. Masa sendirinya di Malibu menjadi identitas yang lain lagi. " Saya pernah menjadi pribadi yang artifisial. Islam mengupas lapisan-lapisan palsu itu dari jiwa saya." paparnya. Zakariya pun sangat ingin kembali ke Maroko sebagai seorang Muslim. Zakariya pun menjadi seorang Muslim. Ia mengucapkan syahadat di satu-satunya masjid yang ada di Los Angles pada waktu itu. Saat menunaikan rukun Islam yang pertama itu, seorang saksi menyarankannya untuk menggunakan nama Rasulullah sebagai tanda hijrah.

Tiga tahun kemudian, dia menepati janjinya kepada dirinya sendiri untuk kembali ke Maroko ketika sudah memeluk Islam. Awal 1970-an, Zakariya hijrah ke Arlington, Virginia dan berkeluarga. Dia mulai memamerkan karyanya dan mendapat sambutan baik. Semakin tenggelamnya ia dalam kerja seninya, ikatannya dengan Allah pun menguat. Dia bersyukur atas hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya, termasuk atas keislamannya. Di saat-saat terakhirnya, ibunya mengerti akan kekuatan agama bagi Zakariya. Bagi seorang Zakariya, kehidupan berislam di AS telah banyak berubah dibandingkan waktu dia baru menjadi mualaf. Sekarang ia merasa agama sering dijadikan alat politik dan hal itu membuatnya gak senang. Tapi, komitmen Zakariya terhdap Islam gak berubah. Dia tetap mendalami kaligrafi karena merasa dekat dengan Allah ketika sedang bekerja. "Kekuatan-Nya terus menggerakkan saya dari dalam," katanya.

sumber: koran Republika
foto: www.zakariya.net , isites.harvard.edu , ghillitamilan.wapgem.com

0 komentar:

Posting Komentar


Suported By :